Perbedaan Cara Mengatasi Tanah Abang Era Jokowi, Ahok dan Anies

Perbedaan Cara Mengatasi Tanah Abang Era Jokowi, Ahok dan Anies
Pasar Tanah Abang dikenal sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara. Namun, di balik megahnya Pasar Tanah Abang yang menjadi pusat perekonomian, ada masalah pelik yang tak mudah dituntaskan.

Semrawut begitu yang sering dikatakan banyak orang yang melekat pada pasar Tanah Abang yang sudah dibangun sejak tahun 1735. Gubernur yang selalu berganti dalam eranya sudah berusaha membenah Tanah Abang menjadi tempat wisata belanja yang nyaman dan aman.

Tapi yang ada Tanah Abang pun masih semrawut dengan para pedagang kaki lima(PKL) yang membuat kesemrawutan terjadi. Yang mana kita tau bahwa pedagang kaki lima telah mengambil trotoar hingga bahu jalan sebagai tempat berjualannya.

Banyak dari masyarakat yang melintas di kawasan tersebut sehingga menjadi macet karena hampir sebagian jalan didominasi oleh pedagang kaki lima, para pejalan kaki, pendorong troli pakaian hingga pedagang buah dan lain-lain.

Inilah perbandingan penertiban Tanah Abang dari era Jokowi, Ahok dan Anies dalam mengurangi kemacetan dan memberikan kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.
1.Era Jokowi
Pada era Jokowi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012-2017 walau hanya sampai tahun 2014, Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia. Dalam masa jabatan sebagai gubernur Jokowi menerapkan kebijakan yaitu merenovasi gedung blok G di Tanah Abang. Gedung itu diperuntukkan bagi para PKL yang tak kebagian kios di dalam pasar Tanah Abang. Peresmian pun digelar secara meriah sebagai momentum akan berakhirnya kesemrawutan Tanah Abang. Bahkan Jokowi turut berbelanja di blok G tersebut.

2.Era Ahok
Pada tanggal 14 November 2014, Ahok resmi menggantikan Jokowi menjadi gubernur di DKI Jakarta. Ahok pernah berucap bahwa akan mengembalikan para pedagang kaki lima untuk kembali ke gedung blok G karena telah membuat kemacetan terulang kembali. Bahkan Ahok tak segan mengatakan akan mengangkut paksa barang dagangannya bila tetap bersikeras pada pendirian untuk berjualan di pinggir jalan atau bahu jalan.

3.Era Anies
Gubernur Anies Baswedan mencoba melakukan pendekatan berbeda untuk mengatasi kesemrawutan Tanah Abang. Anies memberi solusi kepada PKL untuk berjualan di bahu jalan dengan konsep tahap 1 yang memberikan ruang bukan saja pejalan kaki tapi pedagang kaki lima(PKL) dengan menutup jalan dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB. Anies menyediakan sekitar 400 tenda untuk para PKL berjalan di salah satu jalur. Sedangkan di jalur satunya lagi untuk jalur bus TransJakarta "Tanah Abang Explorer" yang mengangkut penumpang secara gratis.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Sinar UVA dan UVB Serta Pengaruhnya Pada Kulit

Tanaman Yang Dapat Ditaruh Di Kamar Tidurmu

Keluarga Korban Tabrak Lari Grabwheels Minta Keadilan